TRAGEDI BANGUNAN PONDOK PESANTREN AMBRUK DI SIDOARJO: Musala Roboh Saat Salat, Puluhan Santri Jadi Korban

SIDOARJO – Sebuah duka menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, setelah bangunan musala di kompleks pesantren tersebut ambruk pada Minggu (28/9/2025). Insiden tragis ini terjadi saat ratusan santri sedang menunaikan salat, menyebabkan lebih dari 100 korban dievakuasi, termasuk yang meninggal dunia.

Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, dan Basarnas segera dikerahkan ke lokasi. Proses evakuasi berlangsung dramatis dan rumit karena santri tertimbun material beton dan reruntuhan bangunan.

  • Data Korban: Hingga Selasa (30/9/2025), dilaporkan bahwa lebih dari 100 santri berhasil dievakuasi. Meskipun sebagian besar mengalami luka-luka, beberapa di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
  • Upaya SAR: Tim SAR masih terus bekerja keras, menggunakan peralatan berat dan teknik khusus untuk menyingkirkan material bangunan, menyusul kekhawatiran masih ada korban yang terjebak di bawah puing-puing.

Pengecoran Diduga Jadi Pemicu Kelalaian

Penyelidikan awal menguatkan dugaan bahwa ambruknya musala dipicu oleh aktivitas pengecoran lantai atas yang sedang dilakukan saat ibadah berlangsung. Pihak kepolisian tengah mendalami dugaan kelalaian.

Pengasuh Ponpes Al Khoziny mengakui adanya aktivitas pembangunan yang berjalan. Namun, mereka menyatakan tidak menyangka beban material coran menyebabkan struktur bangunan tidak mampu menahan dan akhirnya roboh. Polisi kini memfokuskan pemeriksaan pada standar keselamatan proyek dan pengelola ponpes.

Tragedi di Sidoarjo ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak di tingkat nasional, mendesak adanya pengawasan ketat terhadap fasilitas pendidikan keagamaan.

  • Desakan DPR: Ketua DPR RI, Puan Maharani, menyoroti lemahnya pengawasan pembangunan di lingkungan pesantren. Ia mendesak pemerintah daerah segera mengevaluasi izin dan standar konstruksi seluruh bangunan umum.
  • Langkah Kemenag: Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan akan membentuk tim khusus untuk mengaudit keselamatan dan kelayakan bangunan di pondok-pondok pesantren seluruh Indonesia, demi mencegah terulangnya insiden serupa.
  • Jaminan Pemprov: Pemerintah Provinsi Jawa Timur memastikan bahwa seluruh biaya perawatan dan pengobatan bagi para santri yang menjadi korban luka akan ditanggung sepenuhnya oleh negara.

Tragedi ini menjadi pengingat pahit bagi semua pihak tentang pentingnya mengutamakan keselamatan dalam setiap proses pembangunan.